Pemanfaatan Limbah
Industri Kulit Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Sabun
Identitas
penjurnal : Dyah Suci Perwitasari
Jurusan : Teknik Kimia
Tahun : 2011
Asal
Universitas : Universitas
Pembangunan Nasional Veteran
Jawa Timur
A.
Latar Belakang Penelitian
Semakin meningkatnya perkembangan teknologi maka banyak
terdapat produk-produk dari suatu pabrik yang bermacam-macam bentuknya di pasaran
untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Contohnya banyaknya produk-produk sabun yang
muncul. Oleh karena itu sebagai alternatif baru limbah padat industri kulit
untuk bahan dasar pembuatan sabun bisa digunakan.
Pada penelitian ini akan diteliti hasil limbah padat
industri kulit dari proses fleshing(proses pembersihan sisa-sisa gajih pada
kulit dengan mesin pembuang) yang berupa koyoran lemak yang dimanfaatkan
sebagai bahan alternatif pembuatan sabun. Karena buangan padat proses fleshing
berupa koyoran yang mempunyai kadar lemak 26,86% (dari hasil analisa) maka
buangan padat proses fleshing ini akan dimanfaatkan sebagai bahan alternatif
pembuatan sabun yang merupakan tujuan dari penelitian ini sehingga dapat
memberikan nilai tambah pada limbah tersebut dari semula tidak mempunyai nilai
ekonomis menjadi bahan yang mempunyai nilai ekonomis.
Pembuatan sabun cuci dari limbah padat industri kulit
yang berupa koyoran dipengaruhi oleh penambahan basa KOH dan adsorben Bleaching
Clay.
B.Hasil
Penelitian
1.
Hubungan Berat KOH dengan %
alkali bebas.
Semakin banyak KOH
yang ditambahkan pada proses penyabunan maka semakin besar % alkali bebas yang
diperoleh. Untuk memenuhi standart SNI penambahan berat KOH tidak melebihi 17
gram.
2.
Hubungan Berat Bleaching earth
dengan % alkali bebas.
Semakin banyak
bleaching earth yang ditambahkan, maka akan semakin besar pula % alkali bebas. Untuk
memenuhi standart maksimal SNI 0,1% penambahan bleaching earth tidak melebihi 7
gram.
3.
Hubunga Berat KOH dengan % lemak
tak tersabunkan.
Semakin banyak KOH
yang ditambahkan pada proses penyabunan, maka semakin kecil % lemak tak
tersabunkan. Hasil maksimum lemak tak tersabunkan 2,07% sehingga memenuhi SNI
yang standart maksimalnya sebesar 2,5%
4.
Hubungan Berat Bleaching earth
dengan % lemak tak tersabunkan.
Semakin banyak
bleaching earth yang ditambahkan, maka akan semakin besar % lemak tak
tersabunkan.
Hasil maksimum lemak
tak tersabunkan 2,07% sehingga memenuhi SNI yang standart maksimalnya sebesar
2,5%
5.
Hubungan Berat KOH dengan % Asam
lemak jumlah.
Semakin banyak KOH
yang ditambahkan pada saat penyabunan, maka akan semakin besar pula % asam
lemak jumlah yang diperoleh. Hasil maksimum asam lemak jumlah 70,2% sehingga
memenuhi SNI yang standart maksimalnya 6,82%
6.
Hubungan Berat Bleaching earth
dengan % Asam lemak jumlah.
Semakin banyak bleaching earth
yang ditambahkan, maka asam lemak bebas akan semakin besar. Hasil maksimum asam
lemak jumlah 7,02% sehingga memenuhi SNI yang standart maksimalnya 6,82%
C.
Peluang Penelitian Selanjutnya
Dari Penelitian tersebut, saya
dapat melihat peluang penelitian selanjutnya ialah Dampak Negatif Dari
Pemakaian Bleaching Earth Dalam Jumlah Yang Banyak. Karena semakin banyak
bleaching earth yang ditambahkan maka warna minyak akan semakin jernih dan asam
bebas lemak akan meningkat serta secara otomatis % asam lemak jumlah juga akan
semakin besar.
Demikian
hasil rangkuman jurnal penelitian Pemanfaatan Limbah Industri Kulit Sebagai
Bahan Dasar Pembuatan Sabun yang saya buat. Apabila ada kekurangan dalam
penulisan mohon dimaafkan, Assalamualaikum Wr Wb
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Jiptits-gdl-sl-2006-emisiswiyanti1177-studi
optimasi penambahan KOH dan Lama waktu Pemadatan Serta Pengaruhnya Terhadap
Mutu Sabun-Institut Teknologi Sepuluh November-GDL 4 – o.ht
2.
Pusat Standarisasi Industri, SNI – 06 – 2048 – 1(990),
“sabun cuci”, Badan Penelitian dan Pengembangan Industri dan Perdagangan,
Departemen Perindustrian dan Perdagangan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar